BAB
I
PENDAHULUAN
Pada sistem komunikasi, proses pengiriman informasi dari sumber ke
tujuan dapat dikatakan baik bila informasi yang dikirim sama dengan informasi
yang diterima. Akan tetapi, pada kenyataannya selama proses pengiriman
informasi tersebut, mengalami gangguan yang dapat menyebabkan kesalahan pada
data. Beberapa studi mengatakan, jika sistem
komunikasi menggunakan pengkodean, maka dapat diperoleh kemampuan yang sangat
andal untuk mengkoreksi kesalahan. Kesalahan (error) merupakan masalah pada
sistem komunikasi, sebab dapat mengurangi kinerja dari sistem. Untuk mengatasi
masalah tersebut diperlukan suatu sistem yang dapat mengkoreksi error. Oleh karena
itu pada sistem komunikasi diperlukan sistem pengkodean. Untuk maksud tersebut,
banyak kode yang dapat digabungkan antara lain : Kode BCH, kode Reed Salomon,
kode Hamming, kode konvolusi dan lain-lain. Pemilihan kode Konvolusi [1] karena
kemampuannya yang dapat mengkoreksi semua acak dari “t” error dengan algoritma
decoding yang sederhana. Pentingnya kode Reed Salomon disebabkan kemampuannya
untuk mengkoreksi kesalahan jamak (multiple error). Kode Hamming mampu untuk
mengkoreksi semua kesalahan tunggal dalam satu blok. Kode Konvolusi memiliki
algoritma encoding yang efisien.
BAB
II
ISI
Dalam penyaluran data antar komputer, data yang disalurkan harus dimengerti
oleh masing-masing perangkat baik oleh pengirim maupun penerima. Untuk itu
digunakan system sandi sesuai standard. Suatu karakter didefinisikan sebagai huruf,
angka, tanda aritmetik dan tanda khusus lainnya.
A. Macam-Macam Kode
1. Kode Baudot
Berawal dari kode morse. Ada
kode 4-an, 5-an, 6-an, dan 8-an yang digunakan untuk pengiriman telegraph yang
disimpan di pita berupa lubang tutup. Untuk lubang sebanyak 6x berturut-turut
disebut sebagai kode 6-an. Begitu juga yang lainya. Kode ini juga digunakan
sebagai satuan kecepatan pengiriman data. Kode baudot ini ada sejak 1838
ditemukan oleh Frenchman Emile Baudot sebagai bapak komunikasi data. Terdiri
dari 5 bit perkarakter (sehingga dapat dibuat 32 karakter) dan untuk membedakan
huruf dengan gambar dipakai kode khusus, yakni 111111 untuk letter dan 11011
untuKode ASCII.
2.
Standard Code (Americank
figure. for Information Interchange).
Didefinisikan sebagai kode 7 bit (sehingga dapat dibuat 128
karakter). Masing-masing yaitu 0-32 untuk karakter kontrol (unprintable) dan
32-127 untuk karakter yang tercetak (printable). Dalam transmisi synkron tiga
karakter terdiri dari 10 atau 11 bit : 1 bit awal, 7 bit data, 1 atau 2 bit
akhir dan 1 bit paritas.
3.
Kode 4 atau Kode 8.
Kombinasi yang diijinkan adalah 4 bit “1” dan 4 bit “0” sehingga dapat
dibuat kombinasi 70 karakter.
4.
Kode BCD (binary code desimal).
Terdiri dari 6 bit perkarakter dengan kombinasi 64 karakter. Untuk
asynkron terdiri dari 9 bit: 1 bit awal, 6 bit data, 1 bit paritas dan 1 bit
akhir.
5.
Kode EBCID.
Menggunakan 8 bit perkarakter dengan 256 kombinasi karakter.
Asynkron: 1 bit awal, 8 bit data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir.
Asynkron: 1 bit awal, 8 bit data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir.
B. Pengkodean Data/ Data Enconding
Dalam proses kerja
komputer mengolah data secara digital, melalui sinyal listrik yang diterima
atau dikirimkan, pada prinsipnya komputer hanya mengenal dua arus, yaitu on
atau off, atau istilah dalam angkanya sering juga dikenal dengan 1 (satu) atau
0 (nol). Kombinasi dari arus on atau off inilah yang yang mampu membuat
komputer melakukan banyak hal, baik dalam mengenalkan huruf, gambar, suara,
bahkan film menarik yang anda tonton dalam format digital. Sistem yang merubah
sinyal analog menjadi sinyal digital disebut Sistem Akuisisi Data.
Dalam Sistem Akuisisi data ada 4
komponen yang penting yaitu :
§ Input analog yaitu
mengubah sinyal input analog dari sensor menjadi
bentuk bit.
§ Output analog yaitu
mengubah data digital yang tersimpan dalam
komputer menjadi sinyal digital.
§ Input / output digital
yaitu untuk masukan dan keluaran nilai digital
(tingkat
logika) kedua dari perangkat keras.
§ Counter / timer dignakan
pada saat perhitungan, pengukuran frekwensi
dan perioda, pembangkit pulsa.
C. Teknik Encoding
Modulasi adalah proses
encoding sumber data dalam suatu sinyal carrier dengan frekuensi. Empat
kombinasi yang muncul dari komunikasi adalah:
§ Data digital, sinyal
digital
§ Data analog, sinyal
digital
§ Data digital, sinyal
analog
§ Data analog, sinyal
analog
Sinyal digital merupakan
deretan pulsa voltase terputus-putus yang berlainan dan masing-masing memiliki
ciri-ciri tersendiri , Setiap pulsa merupakan sebuah elemen sinyal. Elemen
sinyal merupakan data yang ditranmisikan melalui pengkodean bit data, dimana
biner 0 = level voltase lebih rendah dan biner 1 = level voltase yang lebih
tinggi. Sinyal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak
dapat ditemukan pada teknologi analog, yaitu:
§ Mampu mengirikan
informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat informasi dapat dikirim dengan
kecepatan tinggi.
§ Penggunaan yang berulang-ulang
terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi itu
sendiri.
§ Informasi dapat dengan
mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk.
§ Dapat memproses
informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya secara interaktif.
Ketentuan Dalam Proses Encoding
1.
Unipolar : Semua elemen-elemen sinyal dalam bentuk yang sama
2.
Polar : Satu state logic dinyatakan oleh tegangan positif dan
sebaliknya oleh tegangan negatif.
3.
Rating Data : Rating data transmisi data dalam bit per secon
4.
Durasi atau panjang suatu bit Waktu yang dibutuhkan pemancar untuk
5.
memancarkan bit.
6.
Rating modulasi : Rating dimana level sinyal berubah dan diukur
dalam bentuk baud=elemen-elemen sinyal per detik
7.
Tanda dan ruang : Biner 1 dan biner 0 berturut-turut
Elemen sinyal adalah
tiap pulsa dari sinyal digital. Data binary ditransmisikan dengan
meng-encode-kan tiap bit data menjadi elemen-elemen sinyal. Sinyal unipolar
adalah semua elemen sinyal yang mempunyai tanda yang sama, yaitu positif semua
atau negatif semua. Sinyal polar adalah elemen-elemen sinyal dimana salah satu
logic statenya diwakili oleh level tegangan positif dan yang lainnya oleh level
tegangan negatif. Durasi atau lebar suatu bit adalah waktu yang diperlukan oleh
transmitter untuk memancarkan bit tersebut. Modulation rate adalah kecepatan
dimana level sinyal berubah, dinyatakan dalam bauds atau elemen sinyal per
detik.
Ø Lima faktor yang perlu dinilai atau
dibandingkan dari berbagai teknik
komunikasi :
1.
Spektrum sinyal : disain sinyal yang bagus harus
mengkonsentrasikan kekuatan transmisinya pada daerah tengah dari bandwidth
transmisi; untuk mengatasi distorsi dalam penerimaan sinyal digunakan disain
kode yang
2.
Clocking : menentukan awal dan akhir dari tiap posisi bit dengan
mekanisme synchronisasi yang berdasarkan pada sinyal transmisi.
3.
Interferensi sinyal dan Kekebalan terhadap noise
4.
Deteksi error : dibentuk dalam skema fisik encoding sinyal.
5.
Biaya dan kesulitan : semakin tinggi kecepatan pensinyalan untuk
memenuhi data rate yang ada, semakin besar biayanya.
D. Format Pengkodean Sinyal Digital
NONRETURN
TO ZERO (NRZ)
1.
Nonreturn-to-Zero-Level (NRZ-L)
yaitu suatu kode dimana tegangan negatif
dipakai untuk mewakili suatu binary dan tegangan positif dipakai untuk mewakili
binary lainnya. Memiliki ciri dua tegangan yang berbeda antara bit 0 dan bit 1,
tegangan konstan selama interval bit, tidak ada transisi yaitu tegangan no
return to zero, 0 = level rendah dan 1 = level tinggi.
2. Nonreturn to Zero
Inverted(NRZI)
yaitu suatu kode dimana
suatu transisi (low ke high atau high ke low) pada awal suatu bit time akan
dikenal sebagai binary ‘1′ untuk bit time tersebut; tidak ada transisi berarti
binary ‘0′. Nonreturn to Zero Inverted (NRZI) dalam kesatuan, pulsa tegangan
konstan untuk durasi bit, data dikodekan / diterjemahkan sebagai kehadiran(ada)
atau ketiadaan sinyal transisi saat permulaan bit time, 0 = tanpa tranmisi pada
permulaan interval(satu bit waktu) dan 1 = tranmisi pada permulaan interval.
Keuntungan
differensial encoding : lebih kebal noise, tidak dipengaruhi oleh level tegangan.
Kelemahan dari NRZ-L maupun NRZI : keterbatasan dalam komponen dc dan kemampuan
synchronisasi yang buruk.
MULTILEVEL BINARY
1.
Bipolar-AMI (Alternate Mark Inversion) yaitu suatu kode dimana
binary ‘0′ diwakili dengan tidak adanya line sinyal dan binary ‘1′ diwakili
oleh suatu pulsa positif atau negatif. Zero menggambarkan tidak adanya line
signal. Satu menggambarkan positif atau negatif sinyal.
2.
Pseudoternary yaitu suatu kode dimana binary ‘1′ diwakili oleh
ketiadaan line sinyal dan binary ‘0′ oleh pergantian pulsa-pulsa positif dan
negatif. Satu menggambarkan adanya jalur sinyal. Zero menggambarkan perwakilan
dari positif dan negatif.
BIPHASE
1.
Manchester yaitu suatu kode dimana
ada suatu transisi pada setengah dari periode. Tiap bit : transisi low ke high
mewakili ‘1′ dan high ke low mewakili ‘0′. Zero dari tinggi ke rendah di
pertengahan interval. Satu dari rendah ke tinggi di pertengahan interval.
2.
Differential manchester yaitu suatu kode dimana binary ‘0′ diwakili oleh adanya transisi di awal periode suatu bit dan binary
‘1′ diwakili oleh ketiadaan transisi di
awal periode suatu bit. Zero Transisi di pertengahan interval. Satu tidak ada transisi
di permulaan interval.
Gambar perbandingan Format Pengkodean Sinyal Digital
BAB III
PENUTUP
Dalam
sistem komunikasi agar tidak terjadi kesalahan atau error maka perliu adanya
pengkodean data. Macam pengkodean data diantaranya Kode
Baudot, Standard Code, Kode 4 atau Kode 8, Kode BCD, Kode EBCID. Teknik pengkodean data diantaranya: nonreturn
to zero-level (nrz-l), nonreturn to zero inverted (nrzi), bipolar –ami, pseudoternary,
Manchester, differential Manchester.
DAFTAR PUSTAKA
http://teknik-informatika.com/sistem-pengkodean/rkan
Fungsi Sistemhttp://viamol.blogspot.com/2009/04/sistem.html
0 komentar:
Posting Komentar